Kelemahan Introvert
Ekstrovert dan Introvert adalah dua tipe karakter manusia. Jika ekstrovert terkesan lebih supel maka introvert terkesan lebih menutup diri. Selama ini kita sering terjebak dogma bahwa ekstrovert lebih baik dari pada introvert. Padahal kedua karakter ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apa itu?
Beberapa bulan lalu saya menemukan sebuah teori yang menyebutkan bahwa ekstrovert dan introvert lebih merupakan sumber energi bagi manusia. Pribadi ekstrovert
senang berada di tengah keramaian. Energinya terkumpul ketika berbicara
dan berinteraksi dengan banyak orang. Ketika sedang berada di keramaian
seorang ekstrovert seolah-olah juga sedang mengisi tenaganya (charging). Oleh karena itu jika seorang ekstrovert sedang stress
maka dia akan cenderung memilih untuk berinteraksi dengan banyak
temannya, entah itu pergi ke mall, nonton, atau sekedar jalan-jalan.
Seorang ekstrovert tidak nyaman dengan suasana sepi. Suasana sepi bagi seorang ekstrovert malah akan membuatnya makin tertekan.
Introvert
sebaliknya, bagi mereka keramaian membuat tenaga mereka cepat hilang.
Oleh karena itu biasanya mereka hanya sekali-kali berinteraksi, kemudian
diam. Ketika sedang stress, introvert lebih senang menyendiri atau hanya mau berbagi kepada satu atau dua orang yang mereka percaya. Bagi introvert suasana sepi adalah suasana yang nyaman dimana mereka bisa mengisi energi mereka. Selain itu, biasanya para introvert hanya berbicara seperlunya dan hanya berbicara mengenai apa yang memang ingin mereka bicarakan. Pada kadar yang tinggi orang introvert jika ditanya akan diam terlebih dahulu memikirkan apa yang akan mereka ucapkan, setelah itu baru mereka berbicara.
Sekedar
informasi tambahan Menurut Carl Gustav Jung, orang-orang introvert
adalah mereka yang terampil dalam melakukan perjalanan ke dunia dalam,
yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu mencoba memahami diri mereka
sendiri dengan melakukan banyak perenungan dan berkontemplasi. Pada
akhirnya mereka menjadi orang yang memahami dirinya, berpendirian keras,
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dan mengetahui apa yang
menjadi tujuan dalam hidupnya.
Ekstrovert, Introvert, and Relationship
Dalam hal hubungan pria dan wanita, seorang ekstrovert memiliki keuntungan tersendiri. Berkenalan dengan lawan jenis (approach) atau meminta no HP bukan perkara yang sulit bagi mereka. Namun dalam hal dating biasanya mereka memiliki kesulitan. Tipe ekstrovert biasanya lebih sulit untuk membina suatu hubungan personal yang lebih dalam dengan seseorang.
Introvert cenderung lebih sulit melakukan approach, tetapi dalam hal dating
mereka lebih unggul karena mereka biasanya bisa membuat suatu hubungan
personal yang lebih dalam. Di sinilah keunggulan seorang introvert. Ketika berinteraksi dengan seorang introvert arah pembicaraan akan lebih dalam, berbeda dengan ekstrovert yang lebih general.
Mengapa demikian?
Seorang introvert
seringkali disibukkan dengan dirinya sendiri dan kurang peka terhadap
lingkungannya. Pada akhirnya lingkungannya juga tidak dapat menerima
seorang introvert dengan baik. Mereka tahu apa yg mereka mau namun sulit untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain. Hal ini membuat orang introvert
seringkali dicap sebagai orang aneh. Untuk mengerti pemikiran seorang
introvert maka anda harus meluangkan waktu lebih banyak untuk
berkomunikasi dengannya. Inilah mengapa ketika kita berbicara dengan
seorang introvert maka kita akan diajak menuju pembicaraan yang lebih
dalam.
Di lain pihak
mereka yg ekstrovert terampil dalam melakukan perjalanan ke dunia luar.
Mereka dengan leluasa dapat berinteraksi dengan banyak orang. Membuat
orang lain terkagum-kagum dan menyukainya. Namun semua itu dilakukan
dengan mengorbankan dirinya sendiri. Mereka sering terpaksa mengorbankan
kepribadiannya sendiri agar dapat diterima oleh orang banyak.
Pembicaraan seorang ekstovert juga biasanya general, artinya bersifat
umum.
Dalam hal
relationship, seorang (I) akan cenderung lebih cocok dengan orang (E).
Sebaliknya, orang (E) akan lebih cocok dengan orang (I). Sekali lagi ini
hanya kecendrungan. Tidak selamanya seperti itu. Disamping itu masih
banyak faktor-faktor lain.
Introvert ke Extrovert
Pertanyaan selanjutnya bisakah introvert berubah menjadi ekstrovert atau sebaliknya?
Jawabannya
adalah bisa karena karakter tidak bersifat permanen namun dinamis,
artinya dapat berubah sewaktu-waktu. Karakter kita dibentuk bukan oleh
kita sendiri tapi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, mood,
teman, situasi sosial dll. Ketika sedang berada di keramaian seperti
aktivitas organisasi atau reuni SMA kita sebaiknya menjadi seorang ekstrovert dengan segala kepintaran berinteraksinya. Ketika kita ingin mempunyai hubungan yang lebih dalam dengan seseorang maka jadilah introvert, hal ini dapat membuat orang menjadi lebih dekat dengan anda.
Namun untuk
melakukannya tidak dapat sekaligus membutuhkan proses dan harus
perlan-lahan. Dengan menyadari hal di atas adalah merupakan modal yang
baik. Jika merasa sebagai seorang introvert cobalah untuk melakukan interaksi dengan banyak orang. Jika merasa sebagai ekstrovert maka cobalah untuk berinteraksi lebih dalam, one-on-one atau eye-to-eye
dengan orang lain. Coba tahan nafsu anda untuk berbicara dan lebih
banyak menjadi seorang pendengar. Pada awalnya hal ini akan terasa
berat, tetapi lama kelamaan kita akan terbiasa untuk menyesuaikan
karakter kita dengan lingkungan yang dibutuhkan. Sekali lagi ini bukan
merupakan hal yang mudah. Saya sendiri masih belajar dan pada beberapa
waktu khusus sering mengalami kesulitan melakukannya.
Kadar introvert dan ekstrovert masing-masing
orang juga berbeda-beda. Ada yang tinggi ada yang rendah. Misalnya A
dan B bisa saja sama-sama seorang introvert. Namun si A memiliki kadar
introvert 55% sedangkan si B 70%. Semakin tinggi persentasenya maka
sifat khas dari masing-masing tipe kepribadian itu akan semakin muncul
dominan. Kadar tersebut bisa berubah seiring waktu.
i take the Picture from : http://www.buzzle.com/img/articleImages/598394-38716-36.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar